Peringatan dan penetapan HSNI bermula dari Resolusi Jihad yang dicetuskan oleh KH Hasyim Asy’ari dari Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang Jawa Timur. Resolusi Jihad tersebut dicetuskan untuk mengantisipasi munculnya kembali kaum penjajah Kolonial Belanda yang mengatasnamakan NICA.
Para santri pun menyerang markas Brigade ke-49 Mahratta pimpinan Brigadir Jenderal Aulbertin Walter Sothem Mallaby. Jenderal Mallaby tewas bersama dengan lebih dari 2000 pasukan Inggris.
Salah satunya adalah Pengajian Akbar yang diselenggarakan di Karanganyar dengan narasumber atau penceramah Hj. Nurul Syamsiyah. Seorang Ustadzah dan Muballighah Lintas Daerah dari Kota Semarang Jawa Tengah.
Jadi, Santri bukan hanya orang-orang yang pernah belajar dan bertempat tinggal di Pondok Pesantren. Tetapi santri adalah setiap orang yang berakhlak seperti santri. Lantas, siapa sebenarnya santri itu? Bagaimana karakteristik akhlaknya?
Pertama, huruf Sin (S) adalah Saatirun ‘anil ‘Aib. Artinya seorang santri adalah seseorang yang selalu menutup segala kekurangan dan kelemahannya.
Kedua, huruf Nun (N) adalah Naa’ibul ‘anil Ulama. Artinya seorang santri adalah seseorang yang mampu memposisikan diri dan memerankan sebagai pengganti para ulama. Ilmu dan wawasan santri mampu memberikan pencerahan dan jawaban terhadap masalah-masalah sosial keagamaan yang dihadapi masyarakat.
Keempat, huruf Ro’ (R) adalah Roodhin bimaa Qasamallahu. Artinya, seorang santri adalah seseorang yang dapat menerima dengan rela hati terhadap ketentuan dan qadha Tuhan.
Yakin terhadap niat, amal, dan imbalan amal perbuatannya. Yakin, bahwa dunia adalah ladang amal umat manusia. Yakin bahwa akherat adalah hari pembalasan segala amal perbuatan semua insan.
Demikian taushiyah dan pencerahan hati yang diberikan Hj. Nurul Syamsiyah pada Hari Santri Nasional. Semoga bermanfaat.