MENCETAK GENERASI BERAKHLAK MULIA
Oleh : Eko Mardiono
A. Pendahuluan
Nabi SAW bersabda :
Berdasarkan firman Allah SWT dan sabda Nabi SAW di atas tampak bahwa tujuan utama ajaran Islam adalah terbentuknya insan yang berakhlak mulia.
Shalat disyariatkan, selain sebagai bukti pengabdian kepada Khalik (Tuhan)-nya, juga sebagai sarana untuk membentuk insan yang berakhlak mulia.
C. Realisasi Misi Kerasulan
1. Penegakan Kebenaran Pasti Menghadapi Tantangan
Upaya memberikan suri teladan atau berbuat kebaikan, di mana pun, pasti akan selalu menghadapi tantangan.
2. Pembalasan Kejahatan Dengan Kebaikan
Dalam menghadapi tantangan pihak lawan, Nabi SAW mengedepankan pengamalan akhlakul karimah.
Selanjutnya Allah menyatakan, “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan; balaslah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka apabila antara kamu dan dia ada permusuhan, maka tiba-tiba ia seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia." (QS Fushshilat: 34).
Dalam sejarah, Nabi Muhammad SAW telah membuktikan keampuhan tindakan terpuji ini.
Artinya : "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka; sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu; karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu; kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah; sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya." (QS Ali Imran : 159).
3. Perbedaan Adalah Sunnatullah
Sebetulnya Allah SWT kuasa membuat umat manusia di dunia ini satu golongan saja, semuanya iman dan taat kepada-Nya, tetapi Dia tidak menghendaki demikian.
Allah SWT berfirman, "Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya; maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?" (QS Yunus: 99).
Dengan demikian, perbedaan di kalangan tidak mungkin bisa dihilangkan. Perbedaan sengaja diciptakan oleh Allah sebagai sarana dinamisasi umat manusia.
4. Lebih Menghargai Perbuatan Baik Daripada Menghukum Kesalahan
Juga firman-Nya, "Sesungguhnya kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungjawaban) tentang penghuni-penghuni neraka." (QS Al-Baqarah : 119).
Oleh karena itu, dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam dunia pendidikan, kita dapat mengaplikasikan bahwa lebih tepat jika kita lebih memperhatikan untuk memberi hadiah bagi seseorang yang berbuat baik daripada memberi hukuman ketika ia berbuat kesalahan.
5. Adanya Suri Teladan Yang Baik
Yang perlu disadari bahwa misi nabi Muhammad SAW ini berhasil adalah karena beliau sendiri mempunyai akhlak yang begitu agung.
Allah SWT juga menegaskan dalam QS Al-Ahzab ayat 21, "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah."
Oleh karenanya, sebuah upaya mencetak generasi mendatang yang berakhlak mulia akan berhasil apabila ada suri teladan nyata dari berbagai lingkungan kehidupannya, mulai dari keluarga, masyarakat, sampai dengan lingkungan lembaga pendidikannya.
D. Kesimpulan
Oleh : Eko Mardiono
A. Pendahuluan
Dunia
telah mengakui bahwa Muhammad SAW, nabi dan rasul umat Islam, merupakan tokoh
penting, bahkan sebagai tokoh pertama dan utama.
Dalam
tempo yang relatif singkat, kurang lebih 23 (dua puluh tiga) tahun, beliau
mampu mengubah wajah dunia dari zaman kegelapan menuju era yang terang
benderang.
Ajarannya
mampu merambah ke segala penjuru dunia. Bahkan, penganutnya merupakan salah
satu umat terbesar di muka bumi ini.
Apa sebenarnya tujuan utama misi kerasulannya, sehingga mampu mencapai kesuksesan risalahnya?
Apa sebenarnya tujuan utama misi kerasulannya, sehingga mampu mencapai kesuksesan risalahnya?
Mari
kita coba untuk mengungkapnya, terutama yang ada kaitannya dengan upaya
mencetak generasi mendatang yang berintergritas dan berakhlakul karimah
(berbudi pekerti luhur).
B. Tujuan Utama Misi Kerasulan
Nabi Muhammad SAW bersabda :
B. Tujuan Utama Misi Kerasulan
Nabi Muhammad SAW bersabda :
إِنَّمَا
بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ (رواه أحمد(
Artinya:
"Aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia". (HR
Ahmad).
Dalam QS
Al-Ankabut : 45, Allah SWT menyatakan, "Sesungguhnya
shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar."
Nabi SAW bersabda :
مَنْ
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ
يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ (رواه البخارى و مسلم
Artinya
: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah
tetangganya dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
muliakanlah tamunya" (HR Bukhari Muslim).
Berdasarkan firman Allah SWT dan sabda Nabi SAW di atas tampak bahwa tujuan utama ajaran Islam adalah terbentuknya insan yang berakhlak mulia.
Beliau
diutus di muka bumi hanya untuk melaksanakan misi itu. Hal ini terlihat dengan
sabdanya yang menggunakan kata (اِنَّمَا),
yang berfungsi (لِلْحَصْرِ), pembatasan, yaitu
yang berarti "hanya".
Shalat disyariatkan, selain sebagai bukti pengabdian kepada Khalik (Tuhan)-nya, juga sebagai sarana untuk membentuk insan yang berakhlak mulia.
Oleh
karenanya, shalat yang benar adalah shalat yang bisa menjadikan pelakunya tidak
berbuat keji dan munkar.
Keimanan
kepada Allah dan hari akhir yang sempurna ialah yang bisa membuat orang yang
beriman itu senantiasa berbuat amal kebajikan.
Misalnya
sebagaimana sabda Nabi SAW di atas, keimanan yang betul yaitu keimanan yang
bisa mendorong pemiliknya untuk memuliakan tetangga dan tamunya.
Hal
seperti inilah yang akan direalisasi oleh kerasulan Muhammad SAW.
C. Realisasi Misi Kerasulan
Dalam
realisasi misi kerasulan Muhammad SAW, yaitu membentuk insan yang berakhlakul
karimah, ada beberapa hal yang patut diperhatikan :
1. Penegakan Kebenaran Pasti Menghadapi Tantangan
Upaya memberikan suri teladan atau berbuat kebaikan, di mana pun, pasti akan selalu menghadapi tantangan.
Hal ini
sudah menjadi sunnatullah (hukum Allah). Nabi Muhammad SAW sendiri, sebagaimana
rasul-rasul sebelumnya, juga menghadapi berbagai macam tantangan.
Hal ini
tergambar dalam firman-Nya QS Ali Imran ayat 184, "Jika mereka mendustakan kamu, maka
sesungguhnya rasul-rasul sebelum kamu pun telah didustakan (pula), mereka
membawa mukjizat-mukjizat yang nyata, Zabur dan Kitab yang memberi penjelasan
yang sempurna."
2. Pembalasan Kejahatan Dengan Kebaikan
Dalam menghadapi tantangan pihak lawan, Nabi SAW mengedepankan pengamalan akhlakul karimah.
Kejahatan
senantiasa dibalas dengan kebaikan. Sikap ini dilakukan atas petunjuk dari Allah
SWT, sebagaimana firman-Nya, “Balaslah
perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. kami lebih mengetahui apa yang
mereka sifatkan". (QS Al-Mu'minun : 96)
Selanjutnya Allah menyatakan, “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan; balaslah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka apabila antara kamu dan dia ada permusuhan, maka tiba-tiba ia seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia." (QS Fushshilat: 34).
Dalam sejarah, Nabi Muhammad SAW telah membuktikan keampuhan tindakan terpuji ini.
Mereka
yang semula memusuhi beliau pada akhirnya menjadi pembelanya yang sangat setia.
Sangat
tepat jika dikatakan, karena keluhuran budi beliau lah misi kerasulannya
mencapai hasil yang begitu gemilang.
Konklusi
ini didasarkan kepada firman Allah SWT :
Artinya : "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka; sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu; karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu; kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah; sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya." (QS Ali Imran : 159).
3. Perbedaan Adalah Sunnatullah
Sebetulnya Allah SWT kuasa membuat umat manusia di dunia ini satu golongan saja, semuanya iman dan taat kepada-Nya, tetapi Dia tidak menghendaki demikian.
Tujuannya
supaya mereka bisa saling berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan.
Allah SWT berfirman, "Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya; maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?" (QS Yunus: 99).
Allah juga berfirman, "Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, kami
berikan aturan dan jalan yang terang; sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu
dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap
pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan." (QS
Al-Maidah : 48).
Dengan demikian, perbedaan di kalangan tidak mungkin bisa dihilangkan. Perbedaan sengaja diciptakan oleh Allah sebagai sarana dinamisasi umat manusia.
Yang
penting bagi kita, bagaimana perbedaan ini bisa menjadi cambuk agar kita bisa
lebih banyak berlomba-lomba berbuat kebajikan.
Tidak
sebaliknya, perbedaan justru membuat ikatan persaudaraan menjadi rapuh.
Bahkan
kalau perlu, kita ciptakan perbedaan atau "konflik" itu, yang
selanjutnya kita kelola secara cerdas (manajemen konflik) untuk mencapai
cita-cita, yaitu terbentuknya insan yang berakhlak mulia.
4. Lebih Menghargai Perbuatan Baik Daripada Menghukum Kesalahan
Ketika
berdakwah untuk membentuk insan yang berakhlakul karimah, nabi Muhammad SAW
lebih banyak memberikan kabar gembira daripada kabar ancaman.
Beliau
lebih dulu menyampaikan iming-iming berupa surga bagi yang beramal saleh
daripada kabar ancaman siksa bagi yang melanggar aturan agama.
Cara ini
dapat dilihat dalam beberapa ayat Alquran yang lebih dulu menyebut basyiran
yang berarti kabar gembira daripada nadziran yang berarti kabar ancaman
siksa.
Misalnya
Firman Allah SWT, "Dan
kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan
manusia tiada mengetahui." (QS Saba' : 28).
Juga firman-Nya, "Sesungguhnya kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungjawaban) tentang penghuni-penghuni neraka." (QS Al-Baqarah : 119).
Oleh karena itu, dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam dunia pendidikan, kita dapat mengaplikasikan bahwa lebih tepat jika kita lebih memperhatikan untuk memberi hadiah bagi seseorang yang berbuat baik daripada memberi hukuman ketika ia berbuat kesalahan.
5. Adanya Suri Teladan Yang Baik
Yang perlu disadari bahwa misi nabi Muhammad SAW ini berhasil adalah karena beliau sendiri mempunyai akhlak yang begitu agung.
Allah
SWT berfirman, "Dan
sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." (QS Al-Qalam :
4)
Allah SWT juga menegaskan dalam QS Al-Ahzab ayat 21, "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah."
Oleh karenanya, sebuah upaya mencetak generasi mendatang yang berakhlak mulia akan berhasil apabila ada suri teladan nyata dari berbagai lingkungan kehidupannya, mulai dari keluarga, masyarakat, sampai dengan lingkungan lembaga pendidikannya.
D. Kesimpulan
1. Misi
utama kerasulan nabi Muhammad SAW adalah hanya untuk membentuk insan yang
berakhlak mulia (akhlakul karimah).
2. Umat
Islam harus bisa menjadikan segala ketentuan syariat Islam selain sebagai bukti
pengabdian kepada Khaliknya, juga sebagai sarana untuk membentuk dirinya
sebagai insan yang berbudi pekerti luhur.
3. Untuk
merealisasi misi utama tersebut, di antaranya dapat ditempuh dengan menyadari
dan melaksanakan hal-hal sebagai berikut.
4. a.
Berbuat kebajikan pasti akan menghadapi tantangan;
b. Balaslah kejahatan dengan kebaikan;
c. Perbedaan adalah sudah menjadi sunnatullah;
d. Lebih mendahulukan untuk menghargai
perbuatan baik seseorang daripada untuk
5. Ada
sebuah doa yang diamalkan oleh nabi Muhammad saw:
قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَدْعُو: اللَّهُمَّ إِنِّي
أَعُوذُ بِكَ مِنَ الشِّقَاقِ وَالنِّفَاقِ وَسُوءِ الْأَخْلَاق
)رواه النساء و ابو داود(
)رواه النساء و ابو داود(
Artinya: Abu
Hurairah berkata sesungguhnya
Rasulullah SAW senantiasa berdoa, “YA
ALLAH, SESUNGGUHNYA SAYA MEMOHON PERLINDUNGAN KEPADAMU DARI PERSELISIHAN, KEMUNAFIKAN, DAN AKHLAK YANG TIDAK
TERPUJI
(Hadis
Riwayat An-Nasa'i dan Abu Dawud)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan memberikan komentar di kolom ini. Atas masukan dan kritik konstruktifnya, saya ucapkan banyak terimakasih