Generasi Qur'ani


MENCETAK GENERASI BERAKHLAK MULIA
Oleh : Eko Mardiono

A. Pendahuluan
Dunia telah mengakui bahwa Muhammad SAW, nabi dan rasul umat Islam, merupakan tokoh penting, bahkan sebagai tokoh pertama dan utama.

Dalam tempo yang relatif singkat, kurang lebih 23 (dua puluh tiga) tahun, beliau mampu mengubah wajah dunia dari zaman kegelapan menuju era yang terang benderang. 

Ajarannya mampu merambah ke segala penjuru dunia. Bahkan, penganutnya merupakan salah satu umat terbesar di muka bumi ini.

Apa sebenarnya tujuan utama misi kerasulannya, sehingga mampu mencapai kesuksesan risalahnya? 

Mari kita coba untuk mengungkapnya, terutama yang ada kaitannya dengan upaya mencetak generasi mendatang yang berintergritas dan berakhlakul karimah (berbudi pekerti luhur).

B. Tujuan Utama Misi Kerasulan
Nabi Muhammad SAW bersabda :
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ (رواه أحمد(
Artinya: "Aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia". (HR Ahmad).

Dalam QS Al-Ankabut : 45, Allah SWT menyatakan, "Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar."

Nabi SAW bersabda :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ (رواه البخارى و مسلم
Artinya : "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tetangganya dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tamunya" (HR Bukhari Muslim).

Berdasarkan firman Allah SWT dan sabda Nabi SAW di atas tampak bahwa tujuan utama ajaran Islam adalah terbentuknya insan yang berakhlak mulia.

Beliau diutus di muka bumi hanya untuk melaksanakan misi itu. Hal ini terlihat dengan sabdanya yang menggunakan kata (اِنَّمَا), yang berfungsi (لِلْحَصْرِ), pembatasan, yaitu yang berarti "hanya".

Shalat disyariatkan, selain sebagai bukti pengabdian kepada Khalik (Tuhan)-nya, juga sebagai sarana untuk membentuk insan yang berakhlak mulia.

Oleh karenanya, shalat yang benar adalah shalat yang bisa menjadikan pelakunya tidak berbuat keji dan munkar.

Keimanan kepada Allah dan hari akhir yang sempurna ialah yang bisa membuat orang yang beriman itu senantiasa berbuat amal kebajikan. 

Misalnya sebagaimana sabda Nabi SAW di atas, keimanan yang betul yaitu keimanan yang bisa mendorong pemiliknya untuk memuliakan tetangga dan tamunya.

Hal seperti inilah yang akan direalisasi oleh kerasulan Muhammad SAW.

C. Realisasi Misi Kerasulan
Dalam realisasi misi kerasulan Muhammad SAW, yaitu membentuk insan yang berakhlakul karimah, ada beberapa hal yang patut diperhatikan :

1. Penegakan Kebenaran Pasti Menghadapi Tantangan
Upaya memberikan suri teladan atau berbuat kebaikan, di mana pun, pasti akan selalu menghadapi tantangan. 

Hal ini sudah menjadi sunnatullah (hukum Allah). Nabi Muhammad SAW sendiri, sebagaimana rasul-rasul sebelumnya, juga menghadapi berbagai macam tantangan.

Hal ini tergambar dalam firman-Nya QS Ali Imran ayat 184, "Jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya rasul-rasul sebelum kamu pun telah didustakan (pula), mereka membawa mukjizat-mukjizat yang nyata, Zabur dan Kitab yang memberi penjelasan yang sempurna."

2. Pembalasan Kejahatan Dengan Kebaikan
Dalam menghadapi tantangan pihak lawan, Nabi SAW mengedepankan pengamalan akhlakul karimah. 

Kejahatan senantiasa dibalas dengan kebaikan. Sikap ini dilakukan atas petunjuk dari Allah SWT, sebagaimana firman-Nya, “Balaslah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan". (QS Al-Mu'minun : 96)

Selanjutnya Allah menyatakan
, “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan; balaslah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka apabila antara kamu dan dia ada permusuhan, maka tiba-tiba ia seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia." (QS Fushshilat: 34).

Dalam sejarah, Nabi Muhammad SAW telah membuktikan keampuhan tindakan terpuji ini.

Mereka yang semula memusuhi beliau pada akhirnya menjadi pembelanya yang sangat setia.

Sangat tepat jika dikatakan, karena keluhuran budi beliau lah misi kerasulannya mencapai hasil yang begitu gemilang.

Konklusi ini didasarkan kepada firman Allah SWT :

Artinya : "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka; sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu; karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu; kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah; sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya." (QS Ali Imran : 159).

3. Perbedaan Adalah Sunnatullah
Sebetulnya Allah SWT kuasa membuat umat manusia di dunia ini satu golongan saja, semuanya iman dan taat kepada-Nya, tetapi Dia tidak menghendaki demikian.

Tujuannya supaya mereka bisa saling berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan.

Allah SWT berfirman, "Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya; maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?" (QS Yunus: 99).

Allah juga berfirman, "Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang; sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan." (QS Al-Maidah : 48).

Dengan demikian, perbedaan di kalangan tidak mungkin bisa dihilangkan. Perbedaan sengaja diciptakan oleh Allah sebagai sarana dinamisasi umat manusia.

Yang penting bagi kita, bagaimana perbedaan ini bisa menjadi cambuk agar kita bisa lebih banyak berlomba-lomba berbuat kebajikan.

Tidak sebaliknya, perbedaan justru membuat ikatan persaudaraan menjadi rapuh.

Bahkan kalau perlu, kita ciptakan perbedaan atau "konflik" itu, yang selanjutnya kita kelola secara cerdas (manajemen konflik) untuk mencapai cita-cita, yaitu terbentuknya insan yang berakhlak mulia.

4. Lebih Menghargai Perbuatan Baik Daripada Menghukum Kesalahan
Ketika berdakwah untuk membentuk insan yang berakhlakul karimah, nabi Muhammad SAW lebih banyak memberikan kabar gembira daripada kabar ancaman.

Beliau lebih dulu menyampaikan iming-iming berupa surga bagi yang beramal saleh daripada kabar ancaman siksa bagi yang melanggar aturan agama.

Cara ini dapat dilihat dalam beberapa ayat Alquran yang lebih dulu menyebut basyiran yang berarti kabar gembira daripada nadziran yang berarti kabar ancaman siksa.

Misalnya Firman Allah SWT, "Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui." (QS Saba' : 28).

Juga firman-Nya, "Sesungguhnya kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungjawaban) tentang penghuni-penghuni neraka." (QS Al-Baqarah : 119).

Oleh karena itu, dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam dunia pendidikan, kita dapat mengaplikasikan bahwa lebih tepat jika kita lebih memperhatikan untuk memberi hadiah bagi seseorang yang berbuat baik daripada memberi hukuman ketika ia berbuat kesalahan.

5. Adanya Suri Teladan Yang Baik
Yang perlu disadari bahwa misi nabi Muhammad SAW ini berhasil adalah karena beliau sendiri mempunyai akhlak yang begitu agung.

Allah SWT berfirman, "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." (QS Al-Qalam : 4)

Allah SWT juga menegaskan dalam QS Al-Ahzab ayat 21
, "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah."

Oleh karenanya, sebuah upaya mencetak generasi mendatang yang berakhlak mulia akan berhasil apabila ada suri teladan nyata dari berbagai lingkungan kehidupannya, mulai dari keluarga, masyarakat, sampai dengan lingkungan lembaga pendidikannya.

D. Kesimpulan
1.      Misi utama kerasulan nabi Muhammad SAW adalah hanya untuk membentuk insan yang berakhlak mulia (akhlakul karimah).

2.      Umat Islam harus bisa menjadikan segala ketentuan syariat Islam selain sebagai bukti pengabdian kepada Khaliknya, juga sebagai sarana untuk membentuk dirinya sebagai insan yang berbudi pekerti luhur.

3.      Untuk merealisasi misi utama tersebut, di antaranya dapat ditempuh dengan menyadari dan melaksanakan hal-hal sebagai berikut.

4.      a. Berbuat kebajikan pasti akan menghadapi tantangan;
b. Balaslah kejahatan dengan kebaikan;
c. Perbedaan adalah sudah menjadi sunnatullah;
d. Lebih mendahulukan untuk menghargai perbuatan baik seseorang daripada untuk

5.      Ada sebuah doa yang diamalkan oleh nabi Muhammad saw:
قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَدْعُو: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الشِّقَاقِ وَالنِّفَاقِ وَسُوءِ الْأَخْلَاق
)رواه النساء و ابو داود(
Artinya: Abu Hurairah berkata sesungguhnya Rasulullah SAW senantiasa berdoa, “YA ALLAH, SESUNGGUHNYA SAYA MEMOHON PERLINDUNGAN KEPADAMU DARI PERSELISIHAN, KEMUNAFIKAN, DAN AKHLAK YANG TIDAK TERPUJI
(Hadis Riwayat An-Nasa'i dan Abu Dawud)
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan memberikan komentar di kolom ini. Atas masukan dan kritik konstruktifnya, saya ucapkan banyak terimakasih

PASANGAN HIDUP

Wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). (QS. an-Nur: 26)

Maka, jadilah yang baik, kamu pun mendapatkan yang baik.

PENGHULU

Kedudukan Penghulu
Penghulu berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional di bidang kepenghuluan pada Kementerian Agama.
Tugas Penghulu
Penghulu bertugas melaksanakan kegiatan pelayanan dan bimbingan nikah atau rujuk, pengembangan kepenghuluan, dan bimbingan masyarakat Islam.

SUKSES PENGHULU

Raih Angka Kredit Penghulu: Putuskan apa yang diinginkan, tulis rencana kegiatan, laksanakan secara berkesinambungan, maka engkau pun jadi penghulu harapan.

Categories

Followers

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *