Pada hari
Jum’at, 31 Juli 2020 kami umat Islam merayakan hari raya Idul Adha 1441 H. Pada
hari sebelumnya aku melaksanakan Puasa Arafah.
Pada hari Jum’at pagi itu, aku bangun pukul 04.30 WIB. Lalu ke masjid menunaikan ibadah shalat subuh.
Pada hari Jum’at pagi itu, aku bangun pukul 04.30 WIB. Lalu ke masjid menunaikan ibadah shalat subuh.
Begitu pulang sampai
di rumah, aku langsung mandi dengan air hangat karena hawanya sangat dingin. Aku
pun langsung mempersiapkan diri untuk shalat Ied.
Pukul 06.15 WIB,
aku dan keluargaku menuju ke tempat shalat Ied. Ternyata sudah cukup banyak orang yang sampai duluan.
Karena saat ini masa pandemi Covid-19, maka para jamaah dalam melaksanakan sholat Ied harus memenuhi protokol kesehatan aman Covid-19.
Karena saat ini masa pandemi Covid-19, maka para jamaah dalam melaksanakan sholat Ied harus memenuhi protokol kesehatan aman Covid-19.
Sebagaimana
ketentuan protokol kesehatan, maka para jamaah membawa sajadah sendiri dari
rumah, mengenakan masker, dan sudah berwudhu di rumah masing-masing.
Panitia shalat Ied membagikan masker bagi yang tidak membawa masker. Para jamaah pun tertib untuk menjaga jarak.
Panitia shalat Ied membagikan masker bagi yang tidak membawa masker. Para jamaah pun tertib untuk menjaga jarak.
Pukul 06.30 WIB,
Shalat Ied dimulai. Shalat Ied terdiri dari dua rakaat. Rakaat pertama dengan
takbir tujuh kali dan pada rakaat kedua takbir lima kali. Setelah shalat Ied
usai, para jamaah pun mendengarkan khutbah dari khatib shalat Ied.
Khatib
menyampaikan khutbah tentang pelaksanaan haji tahun ini yang masih dalam masa
pandemi Covid-19, sehingga jamaah haji di Tanah Suci juga harus melaksanakan protokol kesehatan.
Khatib juga menyampaikan kisah Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. Kisah tersebut menceritakan tentang asal usul hari raya kurban atau hari raya Idul Adha.
Setelah shalat dan khutbah Idul Adha selesai, para jamaah pun mulai membubarkan diri dan pulang ke rumah masing-masing.
Khatib juga menyampaikan kisah Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. Kisah tersebut menceritakan tentang asal usul hari raya kurban atau hari raya Idul Adha.
Setelah shalat dan khutbah Idul Adha selesai, para jamaah pun mulai membubarkan diri dan pulang ke rumah masing-masing.
Begitu sampai di
rumah, aku langsung sarapan pagi karena tadi saat akan berangkat shalat Ied
belum sempat sarapan pagi. Setelah semuanya selesai, aku kembali lagi ke
halaman masjid untuk melihat proses penyembelihan hewan kurban.
Para warga sudah
mulai melakukan persiapan untuk proses penyembelihan hewan kurban. Di kampungku
terdapat 2 ekor sapi dan 2 ekor kambing hewan kurban untuk disembelih.
Aku duduk sambil melihat persiapan kurban. Aku bersama temanku duduk di kursi depan rumah nenekku yang kebetulan berada di depan masjid.
Aku duduk sambil melihat persiapan kurban. Aku bersama temanku duduk di kursi depan rumah nenekku yang kebetulan berada di depan masjid.
Sekitar pukul
09.00 WIB, semua persiapan sudah selesai. Sapi pertama sudah disiapkan. Saat sapi pertama ini akan dijatuhkan seutas tali yang mengikat putus dan sapi hampir lepas
kendali. Untungnya sapi berhasil dijatuhkan.
Aku mendekat
untuk melihat proses dan tata cara penyembelihan sapi itu. Sapi disembelih,
kemudian dipindahkan, lalu digantung dengan alat derek atau katrol kecil. Lantas, sapi
yang telah disembelih lalu digantung tersebut kulitnya dipisahkan dari
dagingnya.
Kemudian dilanjutkan dengan penyembelihan sapi yang kedua. Setelah disembelih, daging sapi tersebut juga digantung untuk dipisahkan kulit dari dagingnya.
Setelah itu,
dilanjutkan penyembelihan kambing. Kambing yang disembelih berjumlah dua.
Penyembelihan kambing berjalan dengan lancar. Setelah disembelih, daging
kambing tersebut juga digantung. Lalu dipisahkan kulit dari dagingnya.
Setelah semua
proses pengulitan selesai, daging hewannya diambil dan dipisahkan
dari tulangnya. Selanjutnya daging tersebut ditimbang lalu dipotong-potong oleh ibu-ibu.
Para ibu ini juga membantu dalam membagi daging untuk para warga. Sebagian ibu-ibu ada juga yang bertugas memasak untuk menyediakan makan siang.
Para ibu ini juga membantu dalam membagi daging untuk para warga. Sebagian ibu-ibu ada juga yang bertugas memasak untuk menyediakan makan siang.
Proses
selanjutnya adalah pengeluaran jeroan sapi dan kambing. Jeroan
dibersihkan menggunakan air mengalir. Pembersihannya sengaja tidak
dilakukan di sungai karena dapat mencemarkan lingkungan dan kebersihan air
sungai.
Setelah
menyembelih dan menangani daging hewan kurban, para warga beristirahat
sejenak. Di sana sudah disiapkan teh hangat dan berbagai makanan kecil.
Sekitar pukul 11.30 WIB, warga sudah mulai pulang ke rumah masing-masing untuk mempersiapkan diri beribadah shalat Jumat.
Sekitar pukul 11.30 WIB, warga sudah mulai pulang ke rumah masing-masing untuk mempersiapkan diri beribadah shalat Jumat.
Aku juga pulang ke
rumah, langsung mandi, berwudhu, dan siap membawa sajadah dari rumah. Aku kembali lagi ke masjid. Sesaat kemudian, muadzin mengumandangkan adzan. Kemudian dilanjutkan khutbah Jumat.
Setelah shalat
jumat selesai, dikumandangkan takbir yang dipimpin oleh imam shalat Jum’at.
Setelah semuanya selesai, para jamaah mulai membubarkan diri untuk pulang ke rumah
masing-masing.
Para warga dipersilakan untuk makan siang terlebih dahulu. Makan
siang saat itu menggunakan tongseng dari daging sapi yang disembelih tadi. Di sana
juga ada buah-buahan yang sudah disiapkan. Setelah selesai
makan siang, sebagian warga mulai pulang ke rumah masing-masing.
Dengan itu maka penyembelihan hewan kurban sudah selesai dan tinggal membagikan serta mengantarkan daging kurban kepada semua warga masyarakat di kampung setempat. Aku juga membantu untuk mengantarkan daging kurban.
Setelah itu, aku menunggu ibuku untuk pulang. Aku bermain sepeda sambil menunggu ibuku. Sekitar jam 14.00 WIB, aku pulang ke rumah. Sampai di rumah, aku beristirahat sejenak.
Dengan itu maka penyembelihan hewan kurban sudah selesai dan tinggal membagikan serta mengantarkan daging kurban kepada semua warga masyarakat di kampung setempat. Aku juga membantu untuk mengantarkan daging kurban.
Setelah itu, aku menunggu ibuku untuk pulang. Aku bermain sepeda sambil menunggu ibuku. Sekitar jam 14.00 WIB, aku pulang ke rumah. Sampai di rumah, aku beristirahat sejenak.
Sekitar jam
setengah empat sore, aku menunaikan ibadah shalat Ashar. Ibuku menyiapkan daging untuk disate. Lalu ibuku mulai memotong daging dan
memberi bumbu sate. Aku dan kakakku menyiapkan arang untuk membakar
sate.
Setelah arangnya
siap, apinya dikipas-kipas agar tetap hidup. Aku membawakan sate yang
sudah ditusuk untuk dibakar di atas pemanggang sate.
Saat dipanggang,
sate tersebut diolesi margarin yang sudah dipanaskan dan diolesi kecap.
Akhirnya bakaran sate yang pertama sudah siap. Aku mencoba menikmatinya
satu tusuk dan rasanya cukup enak.
Aku terus memanggang daging-daging sate sampai menjelang waktu Maghrib.
Setelah selesai, aku pun langsung mandi, kemudian lanjut tunaikan ibadah shalat
Maghrib.
Waktu-waktu itu, mulai dari shalat Ied, menyembelih hewan kurban, membagikan daging sampai memanggang serta menikmati daging sate adalah saat yang sangat indah dan menyenangkan yang tak terlupakan.
Khalif Mahatma Istiqbal
Alumni SDIT Baitussalam 2
Cangkringan Tahun 2020
Mantap
BalasHapus